Klik link sumbernya untuk berita selengkapnya...
LIPUTAN 6
Liputan6.com, Surabaya: Seni jalanan kini semakin
berkembang di tengah persaingan dengan seni modern. Namun, sangat sulit
menemukan tempat atau wadah yang bisa menampung para seniman berbakat
itu. Karena itulah muncul sebuah komunitas yang menamakan dirinya,
Komunitas Dunia Intuisi
“Komunitas ini terbuka untuk siapa saja. Siapa pun boleh bergabung,” kata Chiko, ketua Komunitas Dunia Intuisi.(SHA)
Sejumlah remaja dan anak-anak memainkan permainan slebur, permainan
tradisional Indonesia di Taman Prestasi, Surabaya, Minggu (04/22). Acara
yang digagas Komunitas Dunia Intuisi ini untuk membangkitkan berbagai
macam permainan tradisional yang mulai surut oleh perkembangan permainan berbasis
teknologi. TEMPO/Fully Syafi
Surabaya - Kemajuan teknologi memang baik bagi perkembangan pengetahuan. Namun disadari atau tidak, permainan tekno seringkali mempengaruhi kebiasaan anak-anak cenderung individualis.
Komunitas Dunia Intuisi kembali mengajak anak-anak lebih mengenal permainan tradisional. Mainan anak seperti Dakon, Patil Lele, Benteng hingga Boy-boy-an dipraktikkan dan dimainkan di sekitaran Taman Prestasi Jalan Ketabang Kali Surabaya.
Menurut mereka, permainan tradisional memiliki banyak unsur didikan anak usia dini. Pendidikan non-formal seperti leadership, strategy, keberanian, yakin dan kesetiakawanan lebih gampang diajarkan melalui permainan-permainan tradisional.
"Permainan tekno itu cenderung membuat anak lebih individualis, tidak suka bersosialisasi," kata Chiko, Ketua Komunitas Dunia Intuisi di Taman Prestasi, Minggu (22/4/2012)
ANTARA
SURABAYA, 26/5 - PERMAINAN TRADISIONAL. Seorang siswi bermain permainan tradisional engkle di salah satu Sekolah Dasar (SD) Surabaya, Jatim, Sabtu (26/5). Kegiatan sosialisasi program pendidikan melalui permainan tradisional yang digelar Dunia Intuisi tersebut, untuk mengenalkan pada anak sejak dini dikarenakan berkembang pesatnya permainan modern sehingga menenggelamkan permainan tradisional. FOTO ANTARA/M Risyal Hidayat/Koz/mes/12
SURABAYA, 26/5 - PERMAINAN TRADISIONAL. Seorang siswi bermain permainan tradisional engkle di salah satu Sekolah Dasar (SD) Surabaya, Jatim, Sabtu (26/5). Kegiatan sosialisasi program pendidikan melalui permainan tradisional yang digelar Dunia Intuisi tersebut, untuk mengenalkan pada anak sejak dini dikarenakan berkembang pesatnya permainan modern sehingga menenggelamkan permainan tradisional. FOTO ANTARA/M Risyal Hidayat/Koz/mes/12
Sejumlah anggota komunitas Dunia Intuisi memainkan permainan tradisional Lompat tali di Taman Prestasi, Surabaya, Minggu (22/04/2012). Pesatnya permainan modern membuat anak-anak sekarang ini tidak banyak yang mengenal beragam permainan tradisional yang dulu diwariskan turun temurun. (Foto-foto: CentroOne.com/Suryanto)
suarasurabaya.net| “Kalau saat ini anak-anak banyak yang memainkan permainan modern, justru kami mengajak adik-adik untuk kembali mencoba permainan atau dolanan tradisional. Apapun bentuknya, karena itu membangkitkan kemandirian mereka”.
Oleh karena itu, permainan tradisional perlu diperkenalkan kembali kepada anak-anak dan generasi muda, agar dapat membangkitkan kemandirian dan jiwa sportif. “Sekaligus tubuh bugar karena harus bergerak dan berpikir,” ujar Chika
“Kami berharap permainan tradisional, apapun namanya juga dimainkan oleh anak-anak saat ini, agar mereka tidak hanya mengenali tetapi juga dapat mengambil manfaatnya,” tuntas Chika Chiko saat berbincang dengan suarausrabaya.net, Sabtu (5/5/2012).(tok)
semakin terkenal kita lewat media pasti semakin banayak yg iri dan ingin meniru kita :')
ReplyDeleteBolehkah saya minta contact person utk komunitas dunia intuisi surabaya
ReplyDeleteBolehkah saya minta contact person utk komunitas dunia intuisi surabaya
ReplyDelete